Sunday, April 26, 2020

TERAPI MEMAAFKAN "SELF HEALING"



"SEMAKIN CEPAT ANDA MEMAAFKAN, SEMAKIN MUDAH ANDA MELUPAKAN"
Memaafkan memang sesuatu yang berat, tetapi lebih berat lagi jika anda tidak mampu memaafkan, selamanya anda akan merasa marah, benci, sakit hati dll, hal ini dapat berpengaruh buruk terhadap Kesehatan anda, Bisnis anda dan Bahkan Karir Anda.

Memaafkan adalah salah satu cara yang ampuh untuk menyelesaikan unfinished business dalam diri kita, khususnya jika hambatan psikis yang kita alami terjadi karena peran orang lain. Meski begitu, memaafkan bukan hanya untuk orang lain, akan tetapi juga yang lebih sering untuk diri kita sendiri. 
Berikut beberapa alasan kenapa orang tidak mau memaafkan

1. Merasa menjadi korban, merasa  diri sendiri 100% benar dan orang yang menyakiti 100% salah
Ketika kita tidak memaafkan orang yang menyakiti kita di masa lalu, maka kita tidak berfokus pada perasaan tersakiti dan ilusi bahwa kita menjadi korban kehidupan. Seseorang sulit memaafkan karena ia merasa menjadi korban. Ketika seseorang merasa menjadi korban, maka ia mengesampingkan peran serta bahwa dirinya juga memiliki peran dari terjadinya peristiwa yang dialami dan peran serta pemaknaan terhadap peristiwa tersebut. Memaafkan adalah menerima keadaan yang sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi.

2. Merasa rugi kalau memaafkan
“kok enak dia yang menyakiti aku, membuat aku menderita bertahun-tahun, tapi kok aku di suruh memaafkan…”.

Sebenarnya siapa yang rugi kalau kita belum memaafkan orang lain? Yang rugi adalah kita sendiri! Orang yang menyakiti kita mungkin sudah melupakan apa yang ia lakukan kepada kita, akan tetapi kita masih berkutat dengan pengalaman yang kita maknai buruk tersebut, sehingga hal ini menguras pikiran dan emosi. Kita menjadi tidak enak makan, tidak nyenyak tidur, tidak tenang pikirannya.

3. Tidak tahu caranya memaafkan
Beberapa orang tidak tahu bedanya antara memaafkan dan melupakan. Mereka mengatakan bahwa mereka ingin melupakan peristiwa buruk yang menimpa mereka. Faktanya kita tidak pernah bisa melupakan apa yang pernah terjadi pada kita. Terlebih pengalaman yang masih mengandung muatan emosi negatif yang kuat. Ia akan selalu naik ke kesadaran kita, meskipun kita tekan pikiran ini, ia akan muncul melalui mimpi, lamunan maupun terproyeksi melalui kata-kata, perbuatan dan sikap kita. 

Uring-uringan berlebihan terhadap masalah yang kecil, adalah salah satu contoh manifestasi dari masalah dalam diri seseorang yang belum terselesaikan dan sedang di tekan. Ia muncul dalam bentuk lain dengan sasaran yang tidak relevan. Untuk itulah menjelaskan kepada klien tentang memaafkan menjadi sangat penting. 

Memaafkan bukan melupakan. Memaafkan adalah menerima peristiwa atau situasi di masa lalu sebagai pengalaman yag tidak terpisahkan. Memaafkan juga berarti menghilangkan perasaan negatif terhadap suatu peristiwa maupun seseorang, tetap bisa mengingatnya namun tidak lagi merasa “sakit”. 


4. Tidak tahu kalau belum memaafkan
Tidak semua orang tahu bagaimana cara memaafkan yang benar. Ada seorang klien yang mengatakan kepada saya bahwa ia sudah memaafkan setulus hati suami yang pernah menyakitinya. Bahkan sudah menerima kembali menjadi bagian dari hidupnya. Akan tetapi ia bingung, kenapa ia masih sakit hati jika teringat peristiwa di masa lalu dan selalu menyalahkan suaminya atas yang pernah terjadi. 

Ini penting! Apa bedanya memaafkan dan mengampuni? Kita di sebut memaafkan jika perasaan negatif kita terhadap pelaku sudah tidak ada. Akan tetapi kita disebut mengampuni jika kita mengijinkan lagi ia kembali pada keadaan semula sebelum peristiwa menyakitkan itu terjadi. Dalam contoh kasus diatas, klien saya sudah mengampuni suaminya, akan tetapi belum memaafkan.

5. Memaafkan dengan syarat
“Saya akan maafkan jika ia sudah berubah”, “saya akan maafkan kalau dia meminta maaf duluan”, “saya maafkan kalau dia sudah membayar uang yang di curinya”.

Memaafkan bukan tentang orang lain, melainkan tentang diri kita sendiri. Jika kita menunggu orang lain berubah baru kita memaafkan, apakah hal tersebut tidak terlalu berat? Untuk berubah membutuhkan kesadaran dan tekad yang kuat. Apakah orang yang kita syaratkan tersebut akan mau berubah? Kalaupun mau apakah ia akan benar-benar melakukan dan konsisten dengan perubahannya? Tentu ini menjadi tidak relevan jika kita jadikan syarat untuk kita memaafkan. 

Kita bisa saja memaafkan orang lain dengan segala kondisinya saat ini, karena memaafkan adalah untuk kebaikan kita sendiri. Kita boleh saja berharap orang tersebut berubah, akan tetapi kita tidak bisa memaksanya, biarkan Tuhan yang menentukan.

Ketika suatu pengalaman negatif dimaknai secara positif dan akhirnya berubah menjadi positif atau paling tidak, netral. Maka ia tidak lagi menjadi fokus perhatian pikiran kita, dan tentu saja kita bisa melanjutkan hidup kita dengan berganti fokus kepada yang lebih positif.

Bagaimana menurut Anda?

Regard,
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog

No comments:

Post a Comment

PANEN..., Air Mata PETANI saat PANDEMI COVID 19

Seorang petani di Cipanas Cianjur jawabarat, mengurus lahan pertaniannya yang ditanami sayuran kangkung cabut, bayam, caisim, dan sawi puti...