Friday, June 21, 2019

TIPS MEMBALIK SHAMING QUESTION MENJADI KEMENANGAN ANDA

Beberapa hari yang lalu, jelang Hari Raya Idul Fitri, viral ‘Surat Peringatan’ berjudul “HINDARI FRIEND FAMILY SHAMING” dengan mendaftarkan beberapa contoh pertanyaan yang beresiko mempermalukan seperti “Kapan nikah?” “Kok belum punya anak?” "Wah Rambutmu Sudah Ubanan?" dsb.

Sayangnya surat peringatan tersebut tidak disertai dengan tips merespon shaming question tersebut. Akibatnya, setiap orang lalu membuat teknik responnya masing-masing sesuai dengan karakter mereka. Ada yang dengan cara mengekspresikan kemarahan yang agresif, ada yang dengan cara diam, menjawab sinis, dsb.

Apapun respon Anda terhadap shaming question, bagi saya bukanlah hal penting dan utama. Pertanyaan pentingnya “Apa yang Anda inginkan terjadi melalui respon Anda itu di tengah acara silaturahmi keluarga dan sahabat yang semestinya penuh kekeluargaan, keakraban dan kegembiraan?”

Mari kita analisa beberapa skenario respon terhadap stimulus ‘shaming question’ yang sama. Misalnya, ada pertanyaan polos dengan niat baik dari kerabat atau teman “Kapan nikah nih? Inget umur lhoo…” terhadap seorang kerabat atau teman perempuan yang sudah berusia di atas 35 tahun.

Ada beberapa pola kemungkinan respon:

- Respon Pasif: “Ehh, nggak tau…” (tidak bisa merespon dan ‘mati-gaya’ dan lalu sakit hati dan hilang selera makan. Hehe...).

- Respon Agresif: “Nggak sopan kamu nanya begitu!” Plakk‼ (sambil tamparan hinggap di pipi si penanya. Setelah itu kemungkinan langsung terjadi huru-hara di acara yang seharusnya penuh keakraban itu).

- Respon Pasif-Agresif: “Eeh, belum nih. Aku nggak punya keberanian kayak kamu yang nekad hamil duluan biar bisa nikah cepet.” (sambil tersenyum sinis dan meninggalkan si penanya. Bisa jadi suasana langsung hening...!).

- Respon Asertif: “Memangnya kalau aku nikah kamu mau kasih kado apa sih? Sori saya belum bisa jawab ya…” (dengan wajah ramah dan senyum manis).

Catatan: respon asertif sebenarnya sudah cukup baik untuk mengcounter shaming question. Namun saya menawarkan respon yang kiranya lebih baik lagi:

- Respon Positif-Empatik-Rendah Hati (saya singkat PER): “Wah, aku memang nggak (belum) seberuntung kamu nih. Salut, kamu bisa dapat pasangan ideal, dan sekarang punya keluarga yang sukses dan bahagia pula. Apa sih rahasianya…?” (Ucapkan dengan antusias, tulus dan gembira, dan kemudian simak apapun jawabannya. Lalu perdalam jawabannya dengan pertanyaan-pertanyaan kecil lanjutan namun sesuaikan dengan konteks situasi. Setelah dirasa cukup, alihkan ke topik lainnya yang lebih umum).

Dengan teknik respon ini, maka yang terjadi kemudian adalah:

- Pertama, si penanya kemungkinan tak menduga bahwa pertanyaannya yang cenderung bernada prihatin dan bahkan merendahkan, malah dibalas secara positif dengan sanjungan.

- Kedua, karena Anda menjawab dengan antusias dan gembira, orang-orang di sekitar Anda tidak menganggap Anda bermasalah dengan kondisi Anda. Anda dinilai baik-baik saja, bahkan sangat baik.

- Ketiga, karena fokus pembahasan Anda alihkan kepada dirinya, maka Anda tak lagi menjadi pusat perhatian. Latih kemampuan untuk dengan cepat mengetahui hal positif, minat, kesukaan dan keunggulan-keunggulan dari teman bicara. Inilah bahan untuk mengubah fokus.

.......

Dengan teknik berespon yang sederhana namun positif seperti di atas, Anda sesungguhnya telah memberikan mereka apa yang mereka butuhkan secara psikologis sebagai manusia. Paling tidak Anda sudah mengespresikan 5 prinsip sukses untuk komunikasi antar-pribadi. Mari kita bahas satu per satu:

1. Karena Anda mengalihkan fokus pembahasan dari diri Anda kepada dirinya dan bahkan lebih berminat menyimak tentang dirinya, Anda telah melakukan prinsip ini: “Minat dan perhatian seseorang kepada orang lain tidaklah sebesar terhadap dirinya sendiri“. Efeknya, mereka menjadi bersikap positif dan menyukai Anda.

2. Karena Anda telah dengan tulus memujinya, anda memenuhi prinsip ini: “Setiap orang ingin dan suka dihargai”. Inilah kebutuhan dasar setiap orang sebagai mahluk social. Harigailah secara proporsional, tidak kurang dan tidak berlebihan. Maka kenangan baik tentang Anda akan tersimpan di benak dan hatinya.

3. Karena Anda telah melekatkan label ‘SUKSES dan BAHAGIA’ kepadanya, Anda telah menerapkan prinsip ini: “Semua orang ‘normal’ mendambakan tiga hal utama dalam hidupnya: menjadi Bahagia, Sehat dan Sukses”. Jadi, lekatkanlah minimal satu dari tiga hal tersebut kepada siapapun teman bicara Anda atau keluarganya, ia akan tersanjung dan merasa gembira. Bisa jadi mereka akan balas memuji Anda. Tapi ingat, lekatkan secara natural dengan alasan yang masuk akal dan tidak lebay. Contoh pernyataan lebay: “Kamu sehat bangeet!” terhadap seseorang de facto obesitas. Lebih baik puji dengan kata “Wah, keliatan makin sukses nih!” Tanpa perlu menyinggung soal tubuhnya yang semakin gemuk.

4. Karena Anda telah memperhatikan ceritanya dengan penuh minat dan antusias, Anda telah mengimplementasikan prinsip sukses komunikasi ini: “Kita mudah menyukai dan akrab dengan orang yang punya kesamaan minat dengan kita dan menyukai kita dengan tulus”.

5. Dan karena Anda bertanya meminta saran kepada orang yang mengomentari Anda, Anda pun telah memenuhi prinsip sukses ini: “Kebanyakan dari kita lebih suka mengajar orang lain ketimbang diajari.”

Dengan teknik jawaban Positif-Empatik-RendahHati (PER) seperti di atas, saya percaya si penanya dan siapapun yang mendengar respon Anda mungkin sekali akan menjadi ‘jatuh hati’ pada Anda. Anda tetap terhormat dan menjadi sang ‘Bintang’ di dalam pertemuan itu, bahkan bisa jadi ada yang diam-diam lalu mengagumi Anda… ;)

Pondasinya ada pada sikap dan perilaku positif, empatik dan rendah hati. Inilah membuat Anda diterima dan disukai oleh siapapun juga. Jika masing canggung belum biasa, lakukan dan nikmati saja. Lama-lama akan terbiasa.

Saya percaya dengan sikap dan perilaku positif, empatik dan rendah hati, diri Anda bukannya menjadi rendah tetapi malah tinggi dan mulia di mata dan di hati setiap orang yang berinteraksi dengan Anda.

Akhirnya, selamat bersilaturahmi dengan keluarga dan para sahabat Anda di hari Raya Idul Fitri yang indah ini…

di tulis Oleh: Frans Budi Santika (Professional Communication Trainer & Coach)

No comments:

Post a Comment

PANEN..., Air Mata PETANI saat PANDEMI COVID 19

Seorang petani di Cipanas Cianjur jawabarat, mengurus lahan pertaniannya yang ditanami sayuran kangkung cabut, bayam, caisim, dan sawi puti...